Senin, 26 Oktober 2015

ibnu taimiyah dan muhammad bin abdul wahab



                        MAKALAH INDIVIDU

PEMIKIRAN ISLAM KLASIK
( IBNU TAIMIYAH DAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Mata Kuliah  AL ISLAM 4 Yang Diampu Oleh Drs.H.HADI RAHMAT, M.A
 







OLEH :

NAMA    : YULI  ASTUTI
NPM       : 13330013
KODE    : B.2.6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2015


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah denngan judul “pemikiran islam klasikdengan baik dan tepat waktu. Makalah ini  disusun guna memenuhi tugas AL ISLAM 4 yang diampu oleh Drs.H.HADI RAHMAT, M.A .Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Allah SWT .yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyusun makalah ini.
2.      Drs.H.HADI RAHMAT, M.A selaku pengampu mata kuliah al islam 4.
3.      Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
4.      Semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberi manfaat terutama bagi penulis dan yang membacanya.

Metro,      Oktober  2015

Penyusun





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................        i
KATA PENGANTAR...................................................................................................        ii
DAFATAR ISI................................................................................................................        iii

BAB I       PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................................        1
Rumusan Masalah.............................................................................................................        1
Tujuan................................................................................................................................        1

BAB II     PEMBAHASAN
IBNU TAIMIYAH
Riwayat hidup...................................................................................................................        2
Karya dan perjuangan.......................................................................................................        2
Pemikiran pembaharuan....................................................................................................        2

MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
Riwayat hidup...................................................................................................................        3
Karya dan perjuangan.......................................................................................................        4
Pemikiran pembaharuan....................................................................................................        4

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................        6











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan sejarah Islam, sejak abad ke-4 H./11 M. sungguh sangat memprihatinkan. Kelemahan dan kemunduran bagaikan virus ganas yang melanda dan menggerogoti tubuh ummat Islam, sebagai akibat dari datangnya ujian bencana yang silih berganti, baik dari luar maupun dari dalam. Teror bangsa Tartar dari timur dan serangan kaum Salibis dari Barat menimbulkan nestapa dan kesegsaraan bagi kaum Muslimin. Berbagai peristiwa tragis saat negeri Syam jatuh ke tangan penjajah Eropa Salibis selama kurang lebih dua abad. Mereka berhasil menduduki Damaskus dan sekitarnya, seirig pula dengan jatuhnya masjid al-Aqsha ke tangan mereka. Perang berlangsung cukup lama antara ummat Islam dengan bengsa Prancis, yang pada akhirnya mereka mampu menguasai wilayah Dimyat dan Mesir.
Pengaruh Ibnu Taimiyah dalam usaha menyebarkan ide-idenya pada saat itu kelihatannya hanya terbatas pada barisan pengikutnya yang pertama dan tidak menyebar ke dalam barisan keagamaan. Ia belum berhasil menciptakan gerakan besar, tetapi dinamika ide-idenya teap berlanjut terus mempengaruhi sejarah intelektual Islam. Sementara itu Sekitar abad ke-18 M Islam mengalami stagnasi pemikiran. Pada Umumnya umat Islam disibukkan oleh asketisme[1] dimana pintu ijtihad telah tertutup semakin gencar. Di samping itu, tradisi yang bersifat bid’ah dan khurafat semakin merajalela. Kondisi semacam itu menimbulkan inspirasi dan motivasi bagi Muhammad bin abd Wahab untuk merespon dengan mencoba menggagas kembali semangat rujuk kepada ajaran Islam murni, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para pendukung Ahmad ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Riwayat hidup Ibnu Taimiyah  dan Muhammad bin Abdu Wahab?
2.      Apakah  karya dan perjuangan dari Ibnu Taimiyah  dan Muhammad bin Abdu Wahab?
3.      Apakah  pemikiran pembaharuan Ibnu Taimiyah  dan Muhammad bin Abdu Wahab?

C.     Tujuan
1.      mengetahui Riwayat hidup Ibnu Taimiyah  dan Muhammad bin Abdu Wahab
2.      mengetahui  karya dan perjuangan dari Ibnu Taimiyah  dan Muhammad bin Abdu Wahab?
3.      Mengetahui  pemikiran pembaharuan Ibnu Taimiyah  dan Muhammad bin Abdu Wahab?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ibnu Taimiyah 
1.      Riwayat hidup
Sepanjang sejarah, asal kata “Taimiyah” adalah dari kakeknya yang bernama Muhammad bin Al Khadar. Beliau ketika pergi haji ke Mekkah melalui jalan Taima’. Sekembalinya dari haji, istrinya melahirkan anak perempuan yang kemudian diberi nama Taimiyah. Dan keturunannya dinamai Ibnu Taimiyah. Ahmad Taqiyuddin yang kemudian dikenal dengan nama Ibnu Taimiyah lahir di desa Heran, sebuah desa kecil di Palestina, tanggal 10 Rabi’ul Awal tahun 661 H. Ia sejak kecil belajar agama dari ayahnya, Syihabuddin. Beliau adalah seorang ulama penganut madzhab Hanbali, begitu juga ayah dari Syihabuddin (kakek Ibnu Taimiyah) Majduddin juga ulama besar bermadzhab Hanbali. Sejak usianya 7 tahun, yaitu tahun 667 H, seluruh keluarga Ibnu Taimiyah mengungsi ke Damsyik, Syiria, karena desanya terancam akan serangan orang kafir, yaitu tentara Tartar yang kala itu sudah menduduki Baghdad..
2.      karya dan perjuangannya
karya beliau yaitu berupa dalam bidang penulisan buku dan karya ilmiah . beliau berjihad dengan pedang dan menyemangati kaum muslimin untuk berperang, baik dengan perkataan dan perbuatan beliau. Beliau berputar-putar dengan pedangnya di medan pertempuran dengan menunggang kuda dengan sangat lihai dan berani. Orang-orang yang menyaksikan beliau dalam peperangan penaklukkan kota ’Ukaa, terkagum-kagum dengan keberaniannya dan serangannya terhadap musuh. Adapun jihad beliau dengan pena dan lisan. Maka beliau rahimahullah telah berdiri di depan musuh-musuh Islam dari penganut berbagai agama, aliran, isme yang bathil, dan ahlul bid’ah bagaikan gunung yang kokoh. Kadang dengan perdebatan langsung, terkadang pula melalui tulisan.
3.      pemikiran pembaharuannya
Adapun beberapa upaya pembaharuannya antara lain sebagai berikut:
a.       sebagian besar aktivitasnya diarahkan untuk memurnikan paham tauhid.
b.       ia menggalakkan umat Islam agar bergairah kembali menggali ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hadits, serta mendorong mereka melakukan ijtihad dalam menafsirkan ajaran-ajaran agama.
c.       karena untuk kembali pada Al-Qur’an dan hadits diperlukan ijtihad, maka ia menentang taklid.
d.      di dalam berijitihad tidak terikat pada madzhab atau imam.
e.       dalam bidang hukum Islam, Ibnu Taimiyah menawarkan suatu metode baru
B.     Muhammad bin Abdu Wahab
1.      Riwayat hidup
Syeikh Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb dilahirkan pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung Uyainah (Najd), lebih kurang 70 km arah barat laut kota Riyadh, ibukota Arab Saudi sekarang. Dia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan kakak laki-lakinya adalah seorang qadhi (mufti besar), sumber rujukan di mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama. Sebagaimana lazimnya keluarga ulama, maka Syeikh Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb sejak masih kanak-kanak telah dididik dengan pendidikan agama yang diajar sendiri oleh ayahnya, Syeikh ʿAbd al-Wahhāb. Berkat bimbingan orangtuanya, ditambah dengan kecerdasan otak dan kerajinannya, Syeikh Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb berhasil menghafal 30 juz al-Quran sebelum berusia sepuluh tahun. Setelah itu, dia diserahkan oleh orangtuanya kepada para ulama setempat sebelum akhirnya mereka mengirimnya untuk belajar ke luar daerah .
Saudara kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, menceritakan betapa bangganya Syeikh Abdul Wahab, ayah mereka, terhadap kecerdasan Muhammad. Ia pernah berkata, "Sungguh aku telah banyak mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan anakku Muhammad, terutama di bidang ilmu Fiqh". Setelah mencapai usia dewasa, Syeikh Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb diajak oleh ayahnya untuk bersama-sama pergi ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima - mengerjakan haji di Baitullah. Ketika telah selesai menunaikan ibadah haji, ayahnya kembali ke Uyainah sementara Muhammad tetap tinggal di Mekah selama beberapa waktu dan menimba ilmu di sana. Setelah itu, ia pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama disana. Di Madinah, ia berguru pada dua orang ulama besar yaitu Syeikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif an-Najdi dan Syeikh Muhammad Hayah al-Sindi.
2.      karya dan perjuangannya
karya yang dihasilkan yaitu berupa buku-buku karangannya tentang islam mencapai puluhan buku, diantaranya buku yang berjudul “Kitab At-Tauhid” yang isinya tentang pemberantasan syirik, khurafat, takhayul dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni.
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal di dunia Islam berkat perjuangannya memurnikan ajaran Islam melalui pemurnian tauhid. Masalah tauhid, yang merupakan pondasi agama Islam mendapat perhatian yang begitu besar oleh Syekh Muhammad Abdul Wahhab. Perjuangan tauhid beliau terkristalisasi dalam ungkapan la ilaha illa Allah. Menurut beliau, aqidah atau tauhid umat telah dicemari oleh berbagai hal seperti takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC) yang bisa menjatuhkan pelakunya kepada syirik. Aktivitas-aktivitas seperti mengunjungi para wali, mempersembahkan hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka, mengusap-usap kuburan tersebut dan memohon keberkahan kepada kuburan tersebut. Seakan-akan Allah SWT sama dengan penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka, dan orang-orang dekat-Nya. Bahkan manusia telah melakukan syirik apabila mereka percaya bahwa pohon kurma, pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci makam dapat diambil berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh keuntungan.
Sebenarnya apa yang mereka sebut sebagai makam Zaid bin al-Khattab ra. yang gugur sebagai syuhada’ Yamamah ketika menumpaskan gerakan Nabi Palsu (Musailamah al-Kazzab) di negeri Yamamah suatu waktu dulu, hanyalah berdasarkan prasangka belaka. Karena di sana terdapat puluhan syuhada’ (pahlawan) Yamamah yang dikebumikan tanpa jelas lagi pengenalan mereka. Bisa saja yang mereka anggap makam Zaid bin al-Khattab itu adalah makam orang lain. Tetapi oleh karena masyarakat setempat di situ telah terlanjur beranggapan bahwa itulah makam beliau, mereka pun mengkeramatkannya dan membina sebuah masjid di dekatnya. Makam itu kemudian dihancurkan oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab atas bantuan Amir Uyainah, Uthman bin Muammar. Pergerakan Syeikh Muhammad tidak berhenti sampai disitu, ia kemudian menghancurkan beberapa makam yang dipandangnya berbahaya bagi ketauhidan. Hal ini menurutnya adalah untuk mencegah agar makam tersebut tidak dijadikan objek peribadatan oleh masyarakat Islam setempat.
3.      pemikiran pembaharuannya
kerangka pemikiran muhammad bin abd. wahab berangkat dari pemahaman ketauhidan kepada allah. ia membagi ketauhidan menjadi dua, yaitu tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah. tauhid uluhiyah artinya tauhid untuk menetapkan bahwa sifat ketuhanan itu hanya milik allah, dengan penyaksian bahwa tidak ada tuhan selain allalh, yang dilahirkan dengan mengucapkan kalimat “laa ilaaha illallah”. dalam pemikiran muhammad bin abd. wahab, tauhid uluhiyah inilah yang dibawa oleh para nabi dan rasul, sementara tauhid rububiyah hanyalah bentuk penyelewengan pengabdian manusia kepada selain allah. dengan demikian ia berpendapat bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan manusia dari kemusyrikan dan kegelapan adalah kembali kepada kitabullah. menurut muhammad bin abd. wahab, pemurnian akidah merupakan pondasi utama dalam pendidikan islam. ia juga menegaskan bahwa pendidikan melalui teladan atau contoh merupakan metode pendidikan yang paling efektif. hal ini sejalan dengan pemikiran muhammad bin abd. wahab agar umat manusia kembali kepada rasulullah dan para sahabatnya sebagai suri tauladan yang sangat baik bagi manusia.

Prinsip-prinsip dasar ajaran Muhammad bin Abd. Wahab didasarkan atas ajaran Ibn Taimiyah dan Mazhab Hambali, yaitu:
a)      Ketuhanan Yang Esa yang mutlak
b)      Kembali kepada ajaran Islam sejati, seperti termaktub dalam Al-Quran dan Hadits
c)      Tidak dapat dipisahkannya kepercayaan dari tindakan, seperti shalat dan pemberian amal
d)     Percaya bahwa al-Quran itu bukan ciptaan manusia
e)      Kepercayaan nyata terhadap al-Quran dan hadits
f)       Percaya akan takdir
g)      Mengutuk segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar
4.      Pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abd. Wahab mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan pada periode modern di antaranya:
a) Hanya al-Quran dan al-hadits yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran
    Islam, pendapat ulama tidak merupakan sumber
b) Taqlid kepada ulama tidak diperbolehkan
c) Pintu ijtihad tidak tertutup tetapi terbuka











DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar